Harga minyak mentah turun dari posisi tertinggi enam bulan pada Rabu (13/5) waktu setempat, terseret turun oleh penurunan tajam di Wall Street, setelah data penjualan ritel mengindikasikan tidak membantu pemulihan ekonomi AS dari resesi.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juni, jatuh 83 sen menjadi ditutup pada 58,02 dollar AS per barel. Pada Selasa, kontrak telah mencapai sebuah posisi tertinggi enam bulan pada 60,08 dollar AS.
Di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk pengiriman Juni, turun 60 sen dari harga penutupan Selasa, menjadi mantap pada 57,34 dollar AS per barrel.
"Minyak, di antara komoditas lainnya, telah diuntungkan dari penguatan pasar saham dalam beberapa pekan terakhir," kata Bart Melek dari BMO Capital Markets. "Pasar sedang melepaskan beberapa dari kenaikannya," tambah dia.
Saham-saham Wall Street diperdagangkan turun tajam, karena para investor resah tentang sebuah penurunan tak terduga pada penjualan ritel AS April.
Melemahnya data belanja konsumen, yang mengendalikan dua pertiga aktivitas ekonomi AS, memberikan bahwa para konsumen akan terus berhati-hati dalam menghadapi meningkatnya pengangguran dan kredit ketat. "Kekecewaan besar" dari laporan departemen perdagangan tersebut, kata Belek, menekan pasar minyak.
Dalam perdagangan harian, harga minyak semula memantul naik setelah Departemen Energi (DoE) mempublikasikan laporan mingguan stok minyak di AS.
Sesudah, sembilan pekan berturut-turut meningkat, persediaan minyak mentah turun 4,7 juta barrel pada pekan lalu, mengagetkan sebagian besar analis yang telah memperkirakan sebuah kenaikan.
Persediaan bensin juga mencatat penurunan mengejutkan, jatuh 4,1 juta barrel, mengalahkan ekspektasi tetap bertahan. Namun demikian, produk destilasi, seperti minyak disel dan baha bakar pemanas, naik lebih kecil dari perkiraan, satu juta barrel.
Meski laporan DoE seperti itu, kata Melek, sejumlah rincian menyatakan "beberapa suara lunak agak negatif." Permintaan minyak di konsumen energi terbesar dunia itu "secara substansial turun cepat," catat dia.
Menurut laporan DoE, dalam empat pekan lalu, konsumsi warga Amerika rata-rata 18,2 juta barrel per hari. Itu berarti 7,9 persen lebih rendah dari setahun lalu.
OPEC pada Rabu, menurunkan lagi proyeksinya untuk permintaan minyak dunia, 1,57 juta barel per hari, atau 1,83 persen, pada 2009. "Masih sangat berisiko, karena fundamental pasar minyak jauh dari seimbang akibat berlanjutnya kontraksi permintaan dan meningkatnya pasokan," kata Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam sebuah laporan bulanannya.
"Apakah sentimen ini akan medorong sebuah pemulihan berkelanjutan, meski pelemahan kuat fundamental pasar masih terlihat."
Kartel yang memproduksi 40 persen dari minyak mentah dunia ini, telah memproyeksikan kontraksi 1,37 juta barrel per hari untuk 2009 dalam laporan bulanan April.
sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com
Thursday, May 14, 2009
Harga Minyak Menyusut
Diposting oleh mrblankx di 4:03 PM 2 komentar
Label: Ekonomi
Monday, May 11, 2009
Gaji Perawat di Luar Negeri Rp 60 Juta Per Bulan, Mau?
Sekalipun Indonesia belum mempunyai UU Keperawatan, ternyata sudah banyak perawat Indonesia yang bekerja di luar negeri, bahkan gajinya bisa mencapai Rp 60 juta per bulan.
"Soal skill kita tidak kalah dengan perawat asing. Paling soal bahasa dan upgrading keperawatan bidang-bidang tertentu," kata Direktur Kerjasama Luar Negeri Kawasan Asia Pasifik dan Amerika Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Haposan Saragih saat Jumpa Pers Hari Kebangkitan Perawat Indonesia di Jakarta, Senin (11/5). Jumpa pers itu untuk menyambut Hari Perawat Dunia sekaligus pencanangan Hari Kebangkitan Perawat Indonesia esok hari.
Menurut Haposan, sampai saat ini kebutuhan dunia terhadap perawat semakin meningkat. Berikut beberapa negara yang membutuhkan perawat Indonesia, di antaranya Jepang yang membutuhkan 1.000 orang untuk dua tahun (2008-2009), Amerika (1 juta perawat), Kanada (hampir 1 juta orang), dan Inggris (3.000 perawat).
Bagi perawat yang berminat bekerja ke luar negeri, tambahnya, tidak akan mengeluarkan biaya banyak. Sebagai contoh, ia menjelaskan soal proses yang harus dilalui jika ingin menjadi perawat di Jepang. Biaya yang diperlukan Rp 1.100.000 untuk paspor dan pelatihan awal di sana. Tesnya hanya wawancara yang dilakukan oleh perwakilan Jepang di Indonesia.
Soal bahasa, para perawat belajar di Indonesia selama 4 bulan dan 2 bulan di Jepang. "Wawancaranya memakai bahasa Indonesia, ada transleter-nya," jelas Haposan.
Gaji
Terkait dengan gaji yang diterima para perawat Indonesia yang bekerja di luar negeri, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Prof Achir Yani S Hamid, MN, D.N., Sc menyampaikan, di Kuwait perawat Indonesia yang berjumlah 700-an gajinya berkisar Rp 20 juta- Rp 22 juta dengan biaya hidup ditanggung.
Di Jepang, gaji perawat Indonesia berkisar Rp 11 juta-Rp 17 juta per bulan. "Untuk fasilitasnya beragam. Ada yang ditanggung penuh oleh rumah sakit, ada yang sebagian saja," kata Achir.
Di Belanda gajinya 20-30 juta dan di Amerika Serikat 40-60 juta dengan biaya hidup ditanggung sendiri oleh perawat.
Menurut Achir, ada sekitar 4.000 perawat Indonesia yang bekerja di luar negeri. Untuk itu, lanjutnya, PPNI memberikan perhatian kepada mereka supaya kewajiban dan haknya terjamin. "Kami lobi asosiasi keperawatan di negara di mana perawat kita bekerja supaya para perawat kita dijadikan anggota asosiasi mereka," pungkas Achir
sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com
Diposting oleh mrblankx di 6:54 PM 4 komentar
Label: Ekonomi