Monday, January 19, 2009

Perubahan Warna pada Gigi

MINUM teh secara teratur dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Karena teh mengandung flour sekira 90-350 mg yang diperlukan dalam menjaga kesehatan gigi dan gusi. Namun, siapa kira ternyata teh juga bisa merusak gigi.

Di antara sekian banyak jenis minuman, teh termasuk paling banyak dikonsumsi masyarakat, bahkan di Jepang dikenal adanya upacara minum teh. Namun, meminum teh secara terus-menerus ternyata dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi, yaitu gigi berubah warna menjadi kekuningan.

Gigi dapat mengalami perubahan warna menjadi abu-abu, kuning atau cokelat kehitaman dikarenakan banyak faktor, baik faktor dari luar tubuh (ekstrinsik) maupun dari dalam tubuh (intrinsik).

Penyebab umum diskolorasi ekstrinsik ini adalah kopi, teh, pewarna makanan buatan, anggur, berri, mengunyah tembakau, ataupun rokok yang meninggalkan tar berwarna kecokelatan pada gigi yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang.

Sedangkan diskolorasi intrinsic, terjadi pada saat pembentukan struktur gigi. Contoh ekstrem adalah pemakai obat antibiotik tetrasiklin yang dikonsumsi semasa pertumbuhan gigi pada anak-anak berumur di bawah delapan tahun atau semasa dalam kandungan ibunya.

Bila terkena obat ini selama proses pembentukan struktur gigi, maka akan menyebabkan gigi berubah warna menjadi cokelat sampai abu-abu pada seluruh struktur gigi. Tergantung seberapa parah efek yang terjadi akibat dari tetrasiklin tersebut.

Diskolorasi gigi dapat pula disebabkan intake fluoride yang melebihi batas aman, kadar fluoride yang diperbolehkan adalah 800-1.000 ppm. Akan tetapi, pada anak sebaiknya sekira 200-300 ppm. Gigi nonvital atau gigi mati akibat trauma, misalnya pernah jatuh atau terkena benda keras dapat menyebabkan gigi menjadi kehitaman.

Hal ini disebabkan darah yang keluar dari pembuluh darah pulpa teroksidasi, kemudian masuk ke saluran-saluran sangat kecil pada gigi yang disebut tubuli dentalis dan akhirnya terjadi perubahan warna pada gigi.

Seperti sudah disinggung di atas bahwa diskolorasi yang disebabkan asap rokok, makanan, ataupun minuman dapat mudah dibersihkan.

Alasannya, hanya terdapat permukaan gigi dan tidak sampai mempengaruhi struktur dentin. Pada kasus tersebut dapat diatasi dengan aplikasi TSR atau tooth stain remover. Namun, pada kasus yang sudah melibatkan jaringan di dalam gigi (dentin dan email), maka perawatannya harus dilakukan dengan bahan-bahan kimia tertentu.

Siapa yang tidak ingin menginginkan gigi putih bersih dan senyum menawan? Setiap orang pasti mendambakan hal ini. Jangan khawatir, dengan kemajuan teknologi terdapat cara atau metode yang tersedia untuk mencerahkan gigi. Di antaranya yang populer adalah metode pemutihan gigi (bleaching), veneer, dan pembuatan mahkota jaket.

Di antara beberapa metode tersebut, metode bleaching paling mudah dan dapat dilakukan di rumah. Bleaching adalah pembuangan noda atau warna dengan suatu bahan kimia. Tidak semua kondisi pasien dapat menghasilkan prognosis yang baik untuk dilakukan perawatan bleaching.

Perawatan bleaching pada para perokok berat, peminum teh, dan kopi akan memberi prognosis baik apabila menghentikan kebiasaan selama proses perawatan, dan juga menyikat gigi secara teratur dengan bahan yang mengandung abrasif.

Pada pasien usia muda bila terjadi diskolorasi dapat lebih mudah dirawat dibandingkan pada orang yang sudah memiliki usia tua. Warna stain yang paling mudah dirawat adalah kuning, sedangkan yang paling sulit adalah warna keabu-abuan.

Pada fluorosis, proses bleaching tidak menghilangkan bintik putih tetapi hanya mencerahkan email di sekitar bintik putih sehingga bintik putih tersebut tersamar. Gigi penderita fluorosis juga tidak dapat dirawat dengan metode bleaching, jika pasien terus mengonsumsi air minum yang mengandung fluoride berkadar tinggi di lingkungan tempat tinggalnya.

Perawatan bleaching tidak akan dapat mencerahkan warna gigi yang hitam, cokelat, atau putih akibat proses pembusukan. Perawatan bleaching juga tidak dapat mencerahkan warna gigi yang gelap akibat tumpatan amalgam yang telah menahun.

Dr Bruce Amatis yang melakukan penelitian masalah pemutihan gigi menyatakan, kadar hidrogen peroksida yang ada dalam bahan pemutih gigi yang aman untuk digunakan pasien sendiri di rumah adalah H2O2 10 persen. Beredarnya bahan pemutih gigi di pasaran harus dicermati masyarakat luas karena apabila pemakaian kadar peroksida di atas batas aman dapat menimbulkan dampak yang merugikan.

Misalnya peradangan gusi dan mukosa mulut. Jadi sebaiknya penggunaan pemutih gigi selayaknya dilakukan melalui dokter gigi yang mengerti efek samping bahan yang dimaksud dan melakukan pencegahan efek samping yang akan timbul maupun mengobati sensitivitas yang akan terjadi setelah pemakaian bahan pemutih gigi. Apabila masyarakat membeli sendiri, pastikan kadar aktif bahan pemutihnya dalam batas yang aman.

Beberapa teknik yang dilakukan dalam pemutihan gigi:

1. Pemutihan gigi dengan gel
Pemutihan dengan menggunakan gel merupakan pemutihan yang bisa dilakukan di rumah. Yang harus kita perhatikan sebelum melakukan pemutihan adalah memeriksakan gigi pada dokter untuk dilihat keadaannya.
Jika kita memiliki gigi berlubang,maka gigi-gigi tersebut akan ditambal lebih dulu untuk menghindari iritasi. Gel yang masuk ke dalam sela gigi dan gusi akan menyebabkan rasa linu yang cukup berat.

2. Pemutihan dengan Laser
Pemutihan dengan cara ini biasanya dilakukan untuk kasus yang cukup parah. Tidak seperti gel, cara pemutihan gigi ini harus dilakukan di klinik dengan bantuan dokter gigi. Ini disebabkan kandungan pemutih giginya lebih tinggi sampai 35 mili, sementara komposisi dalam gel pemutih hanya 10-15 mili. Sehingga jika tidak dilakukan hati-hati, akan mengakibatkan rasa ngilu yang cukup berat.

Karena bisa mengakibatkan iritasi pada gusi, dokter biasanya akan memberikan pengamanan terlebih dahulu pada gusi. Setelah itu, pada proses pemutihannya gusi akan disinari sinar yang cukup tinggi, kemudian dibilas dan disinari lagi.
Perubahan akan terlihat hanya dalam waktu 0,5-1 jam. Untuk hasil yang baik, pasien harus melakukan perawatan gigi seperti biasa dengan baik, misalnya teratur menggosok gigi dan lebih selektif mengonsumsi makanan atau minuman.

3. Pemutihan dengan selotip pemutih
Ini adalah pemutihan gigi paling cepat, hanya butuh waktu setengah jam. Namun, hasilnya tidak awet. Jika pemutihan lain bisa bertahan tiga tahun, dengan selotip hanya bertahan beberapa hari. Pada proses pemutihannya, selotip pemutih ditempelkan pada gigi selama setengah jam. Dan setelah dilepaskan, gigi akan tampak menjadi lebih putih.

Cara ini juga merupakan cara sekali pakai. Jika pada kesempatan lain warna gigi sudah berubah, pemasangan selotip bisa digunakan kembali. Biasanya, satu paket selotip pemutih memiliki masa kedaluwarsa dua tahun

0 komentar: